TULUNGAGUNG – Pesantren Al Azhaar Tulungagung dalam membina para guru agar berkualitas menghadirkan nara sumber dari Hauthoh Hadromaut Yaman dalam kegiatan Halaqoh Ilmiah pada Sabtu (14/09/2024) di hall utama Pesantren Al Azhaar Tulungagung.
Nara sumber, Habib Ali Bin Abdullah Bin Ahmad Al Haddad Hauthoh Hadromaut Yaman mendidik harus menyesuaikan usia dan perkembangan murid.
“Sering terjadi kesalahan para guru adalah metode guru dalam menyampaikan ilmu selalu sama dalam semua usia. Semisal untuk murid usia 6-7 tahun (belum baligh) maka kita tidak menjelaskan ilmu terlalu mendalam dan secara luas. Namun untuk anak sebelum baligh sebaiknya guru banyak mendikte, mengarahkan, mengajarkan adab budi pekerti saja, ilmu yang diajarkan sederhana sana dan wajib menggunakan pendekatan lemah lembut,” jelasnya.
Dalam kegiatan halaqah ilmiah yang diikuti 300 guru, Habib Ali Hadad menganjurkan para guru dalam mendidik memberi beban tanggung jawab. Kadang dalam proses membiasakan tanggung jawab, seorang guru memukul muridnya dengan kasih sayang. Namun di era modern, pendidikan barat mempermasalahkan pukulan bagi murid.
“Para guru harus mengetahui bahwa mendidik dengan memberikan pukulan kasih sayang merupakan tuntunan langsung dari baginda Nabi Muhammad shalallahu alaihi was salam. Mari dipelajari ulang di saat nabi kita memerintahkan para orang tua memukul anaknya ketika sudah berusia 10 tahun apabila meninggalkan sholat. Kalau berusia kurang dari 10 tahun hendaklah menjauhi memukul kecuali pukulan yang lemah lembut atau pelan dan tidak boleh lebih dari 3 kali pukulan, pukulan ini untuk mendidik bukan untuk menyiksa dan menyakiti. Ketentuan memukul guru terhadap murid ditentukan oleh syariat, yaitu pukulan yang tidak boleh sampai mematahkan tulang dan melukai daging atau kulit murid.
Rasulullah shalallahu alaihi was salam bersabda, “Perintahkan lah anak-anak kalian untuk mengerjakan sholat ketika usia 7 tahun dan pukulah mereka jika mereka tidak melakukan sholat diusia 10 tahun”.
Para guru perlu memahami bahwa tujuan memukul selain untuk mendidik adalah untuk memberi peringatan pada murid,” jelasnya.
Terkait mendidik dengan memberi pukulan? Pengasuh Pesantren Al Azhaar Tulungagung, KH. Imam Mawardi Ridlwan mengingatkan para guru agar tidak salah mempraktekkannya.
“Prinsipnya mendidik ada kalanya boleh memukul karena ada kasus murid sering melakukan pelanggaran dan tidak memiliki tanggung jawab. Namun demikian memberi pukul dengan kasih saya. Bentuk pukulannya seringan mungkin. Tidak menyakiti apalagi melukainya. Dan pola mendidik dengan memberi hukuman semata-mata mengikuti tuntunan Baginda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Was Salam,” tuturnya.
Dunia modern, era medsos menimbulkan prilaku negatif para murid. Salah satunya adalah kemalasan murid. Saat guru mendapatkan murid yang malas, Habib Ali Al Hadad menekankan guru harus mencari metode untuk menghilangkan penyakit malas.
“Di saat para guru menghadapi murid yang malas, maka guru harus menghilangkannya, karena kemalasan akan menular ke murid yang lain. Saya tegaskan para guru wajib menyingkirkan kemalasan murid. Tentu saja harus mencari atau menggunakan metode terbaik. Para guru harus kreatif dan inovatif dalam membangkitkan murid agar tidak mals. Saya pesankan sebaiknya tidak menggunakan metode yang kasar karena tidak berguna pada murid tersebut,” jelasnya.
Bagaimana cara menyingkirkan kemalasan murid? Habib Ali Al Hadad menuturkan cara sebagai berikut.
1. Memberikan tanggung jawab kepada murid, semisal tugas-tugas yang berat, menjadi ketua kelas. Setiap murid ada tanggung jawab.
2. Guru harus dekat dengan para murid. Guru harus banyak bertanya pada murid. Apakah ada permasalahan yang sedang dihadapi murid.
3. Para guru selalu mendengar cerita murid. Karena mungkin murid seperti itu dia merasa kesepian untuk menceritakan keluh kesah yang ia miliki.
4. Para guru sebaiknya menambah perhatian para murid. Para guru memperlakukan perhatian khusus bagi murid yang malas atau banyak masalah.
Para peserta halaqah ilmiah Pesantren Al Azhaar Tulungagung sangat aktif dengan banyak mengajukan berbagai pertanyaan. Mereka berharap dari halaqah ilmiah ini tetap ada tindak lanjut dalam bentuk konsultasi walau secara online.
(Team/Red)