Serang – Wali santri Pondok Pesantren Ar-Ridho di Serang, Banten, menyatakan kekecewaan terhadap kebijakan yayasan yang memulangkan anak-anak mereka karena tunggakan biaya makan. Keputusan ini dianggap mencederai semangat pendidikan agama yang seharusnya inklusif dan penuh pengertian.
Salah satu wali santri, IS, merasa keberatan setelah anaknya dipulangkan secara mendadak beberapa bulan lalu. Saat awal pendaftaran, pesantren menjanjikan pendidikan gratis dengan kewajiban membayar biaya makan sebesar Rp550.000 per bulan. Namun, kenyataannya, wali santri juga dibebankan berbagai biaya tambahan seperti buku, seragam, perlengkapan tidur, dan kegiatan lainnya tanpa pemberitahuan sebelumnya.

IS mengungkapkan bahwa ia menerima tanggung jawab membiayai pendidikan anaknya, namun kecewa dengan pendekatan yayasan yang kurang transparan. Anak-anak yang memiliki semangat belajar agama justru dipulangkan tanpa solusi yang jelas, menimbulkan rasa malu dan trauma bagi mereka.
Wali santri tersebut juga mengeluhkan kurangnya komunikasi dari pihak pesantren. Pesan dan pertanyaan kepada ustaz sering kali tidak direspons dengan cepat, menyulitkan wali santri yang ingin menyelesaikan kendala administratif.
Kebijakan ini dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, yang seharusnya mengutamakan pendidikan tanpa memberatkan keluarga santri. IS berharap yayasan dapat memperbaiki manajemen, komunikasi, dan pendekatan kepada wali santri agar kejadian serupa tidak terulang.
Pendidikan agama diharapkan menjadi solusi di tengah tantangan zaman, bukan malah menciptakan hambatan bagi anak-anak yang berkeinginan kuat untuk belajar. Yayasan diimbau untuk lebih bijaksana dalam mengelola pesantren dan memastikan hak santri untuk menuntut ilmu tetap terpenuhi.
(Red)