Kabupaten Bogor –dengan luas 2.991,78 km² dan populasi lebih dari 5,6 juta jiwa, terus mengalami pertumbuhan pesat. Letaknya yang dekat dengan Jakarta serta udara yang sejuk menjadikannya kawasan strategis untuk investasi properti dan industri. Namun, di balik pesatnya pembangunan, kerusakan lingkungan semakin mengkhawatirkan.
Menurut Prof. Dr. KH. Sutan Nasomal, S.H., M.H., setiap pergantian kepemimpinan di Jawa Barat kerap berdampak pada kebijakan yang mengorbankan hutan. Hilangnya puluhan ribu hektar lahan hijau menyebabkan sawah-sawah mengering, sumber air berkurang, dan petani semakin terhimpit oleh kebijakan impor beras.
“Jawa Barat dulu adalah surga dunia. Air melimpah, hutan luas, sawah dan ladang mencukupi kebutuhan masyarakat. Sekarang keadaannya berbalik,” ujar Sutan Nasomal, Sabtu (08/03/2025).
Sebagai pemerhati lingkungan, ia menyoroti kurangnya perhatian terhadap moral pejabat yang cenderung mengabaikan dampak kerusakan lingkungan. Salah satu contohnya adalah proyek Bendungan Ciawi yang dinilai tidak efektif menahan banjir di Jakarta, Depok, Bekasi, dan Tangerang.
“Banjir besar di Maret 2025 menjadi bukti ketidakprofesionalan dalam pengelolaan proyek-proyek sungai dari Bogor ke Jakarta,” tegasnya.
Ia berharap Gubernur Jawa Barat segera mengambil langkah konkret dalam menata kembali kebijakan lingkungan, demi kesejahteraan masyarakat dan kelestarian alam di wilayah tersebut.
Narasumber: Prof. Dr. KH. Sutan Nasomal, S.H., M.H.
(Red)