Ganesha Abadi – Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, memiliki potensi maritim yang luar biasa, namun sering kali terabaikan dalam pemanfaatannya. Berdasarkan Deklarasi Juanda 1957, Indonesia telah menegaskan posisinya sebagai negara kepulauan (Archipelago State) yang diakui dunia, yang kemudian dijamin oleh konvensi internasional, seperti United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS). Namun, meskipun memiliki potensi besar, pengelolaan sumber daya maritim Indonesia masih jauh dari optimal.
Sejak masa Hindia Belanda, Indonesia hanya menerapkan Ordonansi 1939 yang membatasi wilayah laut Indonesia hingga 3 mil dari garis pantai, membuka celah bagi kapal asing untuk melewati perairan Indonesia tanpa izin. Baru pada tahun 1996, dengan pengesahan UU No. 6/1996, negara ini mengukuhkan kedaulatan atas perairan lautnya.
Indonesia memiliki sejumlah pelabuhan strategis seperti Tanjung Perak, Belawan, Tanjung Priok, Makassar, dan Sorong, yang menjadi titik masuk kapal asing. Meskipun demikian, potensi besar perairan Indonesia masih belum dimanfaatkan secara maksimal, terutama dalam menjaga kekayaan laut yang rentan terhadap pencurian ikan dan kerusakan ekosistem.
Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki banyak keuntungan seperti terumbu karang yang luas, kawasan mangrove yang kaya karbon, serta habitat penyu terbesar di dunia. Laut Indonesia juga menawarkan spot surfing kelas dunia, seperti di Kepulauan Mentawai, Lampung, dan Banyuwangi. Namun, tantangan terbesar adalah bagaimana memaksimalkan potensi tersebut tanpa merusak keseimbangan ekosistem.
Isran Noor, dalam tulisannya, menyebutkan pentingnya mengembangkan doktrin kelautan Indonesia dan meningkatkan kualitas alat pertahanan untuk menjaga keamanan laut. Dengan luas perairan mencapai 6,4 juta km², Indonesia membutuhkan Pasukan Marinir yang lebih kuat dan lebih banyak untuk menjaga kedaulatan perairan yang luas dan sumber daya alam yang melimpah. Data menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-4 dalam kekuatan Angkatan Laut dunia, meskipun tidak memiliki kapal induk. Ini menunjukkan bahwa meskipun kekuatan angkatan laut Indonesia cukup besar, masih ada banyak potensi yang belum digali dan tantangan yang harus dihadapi.
Penting untuk memperkuat pasukan marinir Indonesia dengan fasilitas yang lebih baik dan jumlah personil yang lebih memadai. Selain itu, kesejahteraan prajurit yang bertugas di wilayah pedalaman perlu menjadi perhatian, karena mereka bertugas di daerah yang jauh dari keluarga dan keramaian.
Sumber daya kelautan Indonesia bisa menjadi solusi untuk mengatasi kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja. Negara ini memiliki kekayaan laut yang tak ternilai, dan dengan pengelolaan yang tepat, Indonesia bisa mengulang kejayaan maritimnya di masa lalu, seperti pada era Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, dan Kesultanan Aceh Darussalam.
Ke depannya, Indonesia harus memanfaatkan potensi ini dengan lebih serius dan maksimal agar bisa menyongsong masa depan yang lebih maju dan menjadi negara maritim terkuat di dunia.
(Jacob Ereste)