Ganeshaabadi.com – Apakah di Mekkah dan Madinah ada tradisi berbuka puasa bersama?, demekian pertanyaan Media Ganeshaabadi.com pada Sekretaris Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) yang sedang menjalan hari terakhir umroh Kamis (23/03/2023)
Pendudukan di kawasan jazirah Arab menyambut Ramadhan sebagai tamu agung. Tradisi mereka yang berkecukupan adalah berbagi makanan dan aneka Shodaqoh lainnya. Terkait tradisi berbuka puasa bersama dilaksanakan pula di luar Ramadhan yaitu setiap hari Senin dan Kamis. Sedangkan saat Ramadhan setiap hari, Bagaimana memiliki tradisi yang sangat mulia tersebut?
Pertama mereka berharap mendapatkan lipat ganda pahala puasa Ramadhan dengan berbagi konsumsi (beda makanan). Mereka penduduk yang merindukan surga mengamalkan secara sungguh-sungguh seruan Baginda Nabi Sayyidina Muhammad sholallahu Alaihi wassalam yang makna kurang lebih sebagai berikut:
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Yang kedua, berbuka puasa bersama sesama kaum muslimin untuk memupuk persaudaraan dan persatuan muslimin. Saat menyaksikan kaum muslimin berbaur dari berbagai bangsa, suku, golongan dan budaya serta pangkat atau derajat duduk bersama menjelang sholat maghrib maka tampak kebersihan hati mereka sehingga menjadi umat yang satu. Apa yang mereka lakukan saat berkumpul menjelang berbuka bersama?
Di antara mereka tadarus Al Qur’an, membaca wirid dan beritikaf bagi yang di masjid. Mereka menengadahkan tangan berdo’a sungguh jika waktu maghrib kurang lima menit. Tentu saja tradisi yang mulia tersebut sangat perlu dikembangkan di semua negeri Islam, Mungkin kurang pas jika ada anggapan bahwa tradisi budaya buka bersama itu pemborosan atau pikiran negatif lainnya.
Ketiga, pihak atau orang yang memberi buka puasa saat itu menjadi pelayanan bagi yang berkenan diajak atau diundang. Dia menyiapkan semua secara sendiri atau dibantu orang yang diberi ongkos untuk menyiapkan. Kemulyaan orang berbagi buka puasa karena disamping prilaku, akhlak yang mulia. Mereka selalu bersyukur dan mengucapkan terima kasih jika ada orang mau diajak berbuka di lapaknya yang di gelar di dalam masjid atau yang di halaman masjid atau di tempat lapang lainnya. Jadi yang membutuhkan itu orang yang berbagi. Butuh orang yang mau menikmati sajiannya di lapaknya.
Jika ada kepala desa atau tokoh masyarakat atau tokoh agama mengundang rakyat atau jama’ahnya untuk berbuka puasa di rumahnya atau di masjidnya maka hal tersebut merupakan amalan yang mulya dan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.
Keempat berbagi buka puasa merupakan amal yang saling membantu serta meringankan beban para musafir dan atau fakir dan miskin. Mereka yang berbagi tiap hari di bulan suci Ramadhan karena terinspirasi sebuah riwayat dari Sayyidina Abu Hurairah RA menuturkan, bahwa Rasulullah sholallahu alaihi was salam bersabda telah datang bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, telah diwajibkan atas kalian berpuasa, dibukakan pintu-pintu Surga, ditutup pintu-pintu Neraka. Didalam bulan itu ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang terhalang dari kebaikannya sungguh ia rugi.
Mereka mengoptimalkan keberkahan Ramadhan dengan berbagi. Sebagai penutup jawaban perlu direnungkan hadist yang diriwayatkan Imam Tirmidzi yang mengisahkan sejak malam pertama Romadhon, akan ada seruan dari Malaikat penyeru:
يَا بَاغِىَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِىَ الشَّرِّ أَقْصِرْ
Wahai pencari kebaikan, bergegaslah. Wahai pelaku keburukan, Berhentilah,,