Batam, ganeshaabadi.com | KITA masih banyak membicarakan tentang kebudayaan otentik. Namun bila yang dimaksud otentik adalah sesuatu yang berkembang secara mandiri dan terdiri atas tradisi-tradisi lokal kuno yang bebas dari pengaruh luar, maka tidak ada kebudayaan otentik yang tersisa di bumi!
Demikian pendapat Yuval Noah Harari dalam bukunya, Sapiens yang sempat menghebohkan dunia beberapa tahun silam.
Menurutnya, selama beberapa abad terakhir semua kebudayaan berubah sampai nyaris tak bisa dikenali akibat banjir pengaruh global.
Salah satu contoh paling menarik dari globalisasi ini adalah dengan melihat hidangan etnik. Misal spaghetti dengan saus tomat identik dengan restoran Polandia, dan di Irlandia, ada kentang dalam jumlah banyak.
Di restoran India cabai pedas menjadi pelengkap semua hidangan, dan andalan kafe di Swiss adalah coklat panas kental di bawah segunung krim kocok.
Namun semua hidangan itu tidak ada yang benar-benar asli dari negara-negara tersebut. Sebab, tomat, cabai, maupun kakao, berasal dari Meksiko, dan baru mencapai Eropa dan Asia setelah Hernán Cortés (1485 – 2 Desember 1547) yang orang Spanyol itu, menaklukkan Meksiko.
Di Indonesia dulu tak mengenal budaya merokok, umumnya hanya nginang dan nyirih. Baru kemudian nyusur. Sebab menurut De Candolle masuknya tembakau ke Nusantara baru pada tahun 1600, di masa penjajahan bangsa Portugis.
Demikian juga dengan ngopi, sebab sejarah kopi di Indonesia juga dimulai karena pendudukan Belanda pada tahun 1696.
Belanda awalnya membawa kopi jenis arabika dari Malabar, India, ke Pulau Jawa, lalu dibudidayakan di Kedawung, sebuah daerah agrikultur dekat Batavia.
Ini baru dari sisi gastronomi, belum lagi jika membahas dari cara berpakaian, bangunan, bahasa, kesenian hingga etika. Karena bila budaya bagian dari karya, maka sebenarnya tak ada yang dapat disebut karya pertama; karena semua karya adalah jaringan intertekstual.
Bagaimana menurut Anda?
(Nursalim Turatea).
_________
BUDAYA YANG BAIK: Wali Kota Batam H Muhammad Rudi (HMR), membantu istrinya, Wakil Gubernur Kepulauan Riau Hj Marlin Agustina, turun dari kapal. Keduanya selalu berusaha agar budaya nan luhur selalu terjaga.