Panyabungan – Persoalan Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatra Utara, semakin memanas dan terus menjadi sorotan. Setiap hari, pemberitaan mengenai aktivitas PETI di Kecamatan Batang Natal dan Kecamatan Lingga Bayu menghiasi berbagai media lokal.
Namun, baru-baru ini, perhatian publik tertuju pada coretan-coretan bernada kritik yang tersebar di berbagai titik strategis Kota Panyabungan. Tulisan protes ini menyasar aparat kepolisian serta pihak tertentu yang diduga membekingi kegiatan ilegal tersebut.
Beberapa coretan yang menghebohkan masyarakat antara lain:
- Di Jembatan Aek Ranto Puran tertulis “Laban Tukang Back-up PETI”.
- Di halte depan SMP Negeri 3 Panyabungan terpampang tulisan “Kapolsek Lingga Bayu Takut Mafia PETI LABAN”.
- Pada pembatas jalan Kota Panyabungan terlihat tulisan “Marlon, LABAN Perusak Sungai Lingga Bayu Pantai Barat Bayar Polisi”.
Bahkan di Alun-Alun Kota Panyabungan, terdapat tulisan besar “Copot Kapolsek Lingga Bayu”.
Munculnya coretan-coretan ini menimbulkan spekulasi dan keresahan di tengah masyarakat. Sebagian mempertanyakan kebenaran isi tulisan tersebut, sementara yang lain menganggapnya sebagai bentuk protes terhadap lemahnya penegakan hukum terkait PETI.
Hingga berita ini diturunkan, pihak kepolisian belum memberikan pernyataan resmi mengenai aksi vandalisme ini. Selain itu, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas munculnya tulisan-tulisan tersebut.
Kasus PETI di Kabupaten Madina memang telah lama menjadi polemik. Meski operasi penertiban kerap dilakukan, aktivitas tambang emas ilegal tetap marak dan terus menjadi sorotan berbagai pihak.
Masyarakat berharap adanya tindakan tegas dan transparansi dari aparat penegak hukum dalam menyelesaikan permasalahan ini.
(Magrifatulloh)