TULUNGAGUNG, – Pesantren Al Azhaar Tulungagung menggelar upacara hari Sumpah Pemuda pados Senin 28 Oktober 2024 di halaman pesantren. Upacara diikuti oleh para santri dari jenjang SD, SMP, SMA dan SMK. Menurut humas Pesantren Al Azhaar Tulungagung, Heru Syaifuddin bahwa peringatan hari sumpah pemuda sebagai upaya mendidik para santri agar meneladani perjuangan pemuda-pemudi yang berjuang sebelum kemerdekaan. Mereka membangun kebersamaan dan kesatuan bangsa.
“Sumpah pemuda adalah tekad bulat generasi terbaik untuk menyatukan diri dalam merebut kemerdekaan. Modalnya ada persatuan semua suku yang ada di nusantara,” jelas Heru.
Seusai pelaksanaan peringatan Hari Sumpah Pemuda, pengasuh Pesantren Al Azhaar Tulungagung, KH. Imam Mawardi Ridlwan menuturkan bahwa pemuda itu aset bangsa, maka mereka harus diberi peran untuk meneruskan perjuangan para pahlawan. Saat kita mengajak para santri melaksanakan upacara peringatan sumpah pemuda dimaksudkan untuk menggembleng mereka agar punya jiwa nasionalisme yang tinggi. Para santri menjaga kebersamaan dan persatuan bangsa.
Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI). Kongres ini bertujuan untuk memperkuat rasa persatuan dan kebangsaan Indonesia yang telah tumbuh di dalam benak dan sanubari pemuda-pemudi.
Kongres Pemuda II ini berlangsung selama dua hari, yakni pada tanggal 27 hingga 28 Oktober 1982. Dalam kongres tersebut, terdapat tiga agenda rapat yang dilaksanakan di tiga lokasi berbeda.
Rapat pertama dilakukan pada tanggal 27 Oktober, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond. Pada rapat ini, Sugondo Djojopuspito, selaku Ketua Kongres, memberi sambutan yang berisi semangat persatuan para pemuda.
Setelah itu sambutan dilanjutkan oleh Muhammad Yamin yang membahas tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda.
Kemudian rapat kedua dilakukan pada pagi hari tanggal 28 Oktober 1928 di Gedung Oost-Java Bioscoop. Dalam rapat tersebut, dua orang pendidik, yaitu Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, mendiskusikan pentingnya anak-anak menerima pendidikan yang layak, memastikan kesetaraan antara sekolah dan rumah, dan berpartisipasi secara demokratis.
Kemudian pada sore hari tanggal 28 Oktober, digelar rapat ketiga di gedung Indonesische Clubgebouw Kramat. Pada rapat ini, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan.
Lalu dilanjutkan dengan penyampaian dari Ramelan yang mengemukakan tentang tak terpisahkan nya gerakan kepanduan dengan pergerakan nasional. Kongres kemudian ditutup dengan pembacaan sebuah keputusan oleh Sugondo Djojopuspito yang dirumuskan oleh Mohammad Yamin.
Putusan kongres ini berisi ikrar ‘Sumpah Pemuda’ yang diikrarkan bersama-sama oleh para tokoh pemuda. Hal inilah yang membuat istilah ‘Sumpah Pemuda’ melekat pada keputusan Kongres Pemuda II.
Untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut, maka ditetapkanlah tanggal 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda. Hal itu tertuang melalui Keppres Nomor 316 Tahun 1959 dan bukan merupakan hari libur.
(Red)