Medan – Anak muda dan media memiliki peran penting dalam menekan penyebaran hoaks yang semakin massif di media sosial, khususnya di Sumatera Utara (Sumut). Pemberian edukasi kepada masyarakat menjadi langkah strategis untuk mengatasi permasalahan ini.
Kepala Biro detik Sumut, Baringin Parlindungan Lumban Gaol, mengungkapkan bahwa isu politik dan Pemilu menjadi topik utama dalam penyebaran hoaks selama tahun 2024. Selain itu, isu kesehatan, bencana, sosial, hingga agama juga banyak terpapar hoaks.


“Berdasarkan data, sepanjang tahun 2024, isu politik menjadi yang paling banyak disebarluaskan sebagai hoaks, mengingat tahun ini adalah tahun politik dengan Pemilu dan Pilkada,” ujar Baringin dalam acara Ngobrol Pintar (Ngopi) bertema Refleksi 2024 dan Transformasi Media di 2025, Senin (30/12/2024).
Acara tersebut dihadiri puluhan anak muda di Kota Medan. Baringin menjelaskan bahwa media sosial menjadi sarana utama penyebaran hoaks di era digital. Banyak individu tanpa sadar meneruskan informasi tanpa memverifikasi kebenarannya.
“Hoaks sudah ada sejak lama, tetapi penyebarannya semakin massif melalui media sosial di era digital ini. Orang dengan mudah menyebarkan konten hoaks, dan orang lain tanpa sadar meneruskannya,” katanya.
Media, terutama yang telah diverifikasi oleh Dewan Pers, disebut memiliki tanggung jawab besar untuk menekan penyebaran hoaks dengan memverifikasi informasi dan menyajikan fakta yang benar kepada masyarakat.
“Media yang diverifikasi memiliki peran penting untuk memberikan informasi yang utuh dan benar kepada masyarakat,” tambah Baringin.
Anak muda juga diharapkan menjadi agen edukasi di masyarakat, terutama dalam memberikan pemahaman kepada orang tua yang lebih rentan terpapar hoaks.
“Anak muda diharapkan dapat memberikan edukasi kepada orang tua, karena mereka lebih mudah memahami dan menelaah informasi apakah itu hoaks atau bukan,” jelasnya.
Selain diskusi, acara Ngobrol Pintar diakhiri dengan pemberian santunan kepada anak-anak di Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution, Jalan Cik Ditiro, Medan.
“Pemberian santunan ini adalah wujud cinta kasih untuk memotivasi dan menginspirasi anak-anak agar terus bersemangat,” tutupnya.
(Rizky Zulianda)