TULUNGAGUNG – Hari keempat paska coblosan masih banyak temuan kecurangan pemilu 2024. Temuan tersebut disampaikan oleh berbagai relawan atau tim paslon 01 dan 03. Bagaimana sebaiknya masyarakat dan KPU? Pengasuh Pondok Pesantren Al Azhaar Tulungagung, KH. Imam Mawardi Ridlwan saat ditemui awak media menuturkan bahwa ketiga paslon capres dan cawapres di pemilu 2024 tanpa guyub, rukun, bersahabat dan saling menghargai. Semua paslon capres dan cawapres penganut dan pejuang demokrasi maka mereka memahami dari tiga paslon ada dua kemungkinan satu unggul mutlak atau dua punya perolehan suara seimbang. Dan para paslon capres-cawapres juga paham ada problematika pelaksanaan pemilu 2024, baik itu keteledoran, kecerobohan, atau kecurangan. Para paslon dan team juga sangat paham cara melawan kecurangan.
“Lawan segala kecurangan pilkada ataupun pemilu. Para paslon dan timnya tentu saja tidak kontra metode hitung cepat atau quick count, namun yang dimasalahkan saat ini adalah raihan suara yang unggul dicurigai karena ada kecurangan sistematis, terstruktur dan masif. Hasil hitung cepat internal tim paslon dapat angka berimbang sehingga akan digelar pemilu 2024 dua putaran. Saya percaya pada semua paslon dan tim pemenang masing-masing, karena itu para paslon dan tim kemenangan yang dirugikan karena ada kecurangan dari salah satu lawan maka wajib dilawan. Lawan kecurangan pemilu,” tegas Abah Imam.
Lebih jauh Abah Imam menegaskan kembali bahwa pilpres 2024 secara umum berlangsung damai, tertib dan penuh kekeluargaan tidak ada anarkisme. Saya tetap berpendapat bahwa penghitungan cepat atau quick count itu hanya alat bantu saja bukan hasil final. Walaupun menurut mayoritas lembaga survei yang melakukan quick count telah memberi informasi data angka kemenangan 57 prosen salah satu capres-cawapres. Tentu saja ini tidak boleh dijadikan ukuran dan dasar sudah ada yang menang mutlak. Yang unggul tetep sabar menunggu hasil hitungan manual oleh KPU.
Saya mengikuti hasil hitung cepat yang mengkonfirmasi kan apabila perolehan dua pasangan yang belum unggul digabung maka selisih suaranya masih menang yang diunggulkan kayaknya ada 15 prosen selisihnya. Angka ini yang mungkin dicurigai sebagai hasil kecurangan. Apalagi berkembang tuduhan bahwa lembaga survey yang mengunggulkan suara itu lembaga survey abal-abal dan bayaran atau pesanan. Maka saya memahami yang unggul dicurigai rekayasa suara dengan berbagai modus. Bagaimana solusinya?
Menurut saya para TKN dan tim hukum yang dirugikan kerja keras untuk mengumpulkan bukti. Jadi fokus kerja kumpulkan bukti kecurangan sehingga ada selisih suara sekian prosen itu. Sesaat ada pengumuman hasil penghitungan akhir manual KPU pada 20 Maret 2024 maka saat itu mereka memaparkan hitungan berdasarkan C-1 internal tim. Jika tidak sama segera dibuat gugatan pada MK dan dibuat laporan ke APH. Ada bukti terjadi penggelembungan suara yang unggul, kira-kira sekitar 15 juta suara. Semoga semua yang dirugikan berkenan melakukan perlawanan secara konstitusi. Ini peluang jihad konstitusi.
Menutup wawancara, Abah Imam menyampaikan riwayat hadits,
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِّهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيْمَانِ
Kurang lebih artinya adalah barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka hendaknya ia mengubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya. Dan dengan hati ini adalah lemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).
Ayooo cegah kecurangan pemilu 2024 sesuai aturan dan mekanisme tidak harus dengan anarkis atau keributan sosial. Benahi munkar dengan makruf di negara demokrasi ini.
(Red)