Ganeshaabadi.com | Mulai tanggal 13 hingga 23 Nopember 2023 ada rombongan muhibah ke Jerman. Mereka yang studi pendidikan ke Jerman terdiri atas wakil Universitas, Pesantren, Yayasan dan sekolah serta dinas pendidikan. Menurut Ketua Umum Yayasan Bina Insan Kamil Tuban, KH Imam Mawardi Ridlwan muhibah ke Jerman untuk menjalin kerja sama pendidikan dengan Pemerintahan Jerman.
“Kami difasilitasi oleh pihak Global Katalis untuk menjalin kerja sama pendidikan dengan pemerintahan Jerman. Mengapa Yayasan Bina Insan Kamil Tuban bergabung? Di yayasan kami bersepakat untuk menyiapkan MA Sains BIK Tuban sebagai sekolah bertaraf internasional. Salah satu syarat menjadi sekolah global adalah menjalin kerja universitas luar negeri. Nah apabila nanti seusai melakukan kerja sama, maka pihak manajemen MA Sains BIK Tuban harus siap menyesuaikan kurikulum sekolah internasional. Memang ini tantangan yang berat yang harus dipersiapkan dan dijalankan,” tutur Abah Imam.
Apakah mudah mengirim lulusan SLTA kita ke Jerman? Menurut Abah Imam, panggilan akrab Ketua Umum Yayasan Bina Insan Kamil Tuban menuturkan bahwa pada prinsip mudah. Hal ini sebagaimana penjelasan dari direktor of strategic partnerships Global Katalis e.V Jerman, Doddy Primanda Kadarisman sangat mudah dan gampang dibandingkan dengan kuliah di Jepang atau negara lainnya.
“Kuliah di Jerman secara prinsip mudah. Syarat utama hanya bahasa saja,” jelas Doddy.
Lebih lanjut Ketua Umum Yayasan Bina Insan Kamil Tuban memaparkan bahwa SDM generasi kita harus disiapkan untuk dapat belajar ke luar negeri.
“Kesiapan pertama adalah mental, kepribadian, akhlak dan kedisiplinan. Kedua harus disiapkan kemampuan bahasa. Dari keterangan para mahasiswa yang ada di Jerman, bahwa kegagalan pelajar Indonesia di Jerman karena faktor tidak menguasai Bahasa Jerman. Ketiga, harus ada niat, minat dan komitmen dari calon mahasiswa yang akan dikirim. Bukan hanya karena ambisi orang tua saja. Jika tidak siap dari internal mahasiswa akan ada kemungkinan gagal. Sehingga mereka ke luar negeri bukan untuk menuntut ilmu tetapi hanya untuk menghabiskan waktu dengan perilaku negatif. Mahasiswa yang tidak siap niat yang kuat maka akan menggunakan dana yang dikirimkan oleh orang tuanya untuk hedonisme di negara yang bebas berperilaku negatif. Mereka akan menghabiskan waktu untuk berfoya-foya,” jelas Abah imam.
Bagaimana peluang keberhasilan studi di Jerman sambil bekerja?
“Sekali lagi yang harus disiapkan SDM pelajar yang akan ke Jerman. Banyak kasus para mahasiswa tergiur duit maka yang dikejar prestasi bekerja dampaknya melalaikan studinya. Biasanya dari kalangan mahasiswa yang dananya terbatas atau karena kurang minat belajar tetapi lebih enjoy bekerja,” jelas Abah Imam.
Menurut Abah Imam salah satu penyebab kegagalan para mahasiswa di luar negeri adalah mereka kurang siap berada di negara liberal yang semua bebas. Kepercayaan orang tua disita-siakan hanya untuk menuruti nafsunya. Seperti bebas minuman beralkohol, free seks dan pelesiran saja.
Para pendidik dan orang tua yang akan mengirim pelajar ke luar negeri terutama ke Jerman sebaiknya memberi bekal yang cukup agar tidak gagal di tengah jalan, demikian pesan Abah Imam.
(Red)