Ganeshaabadi – Pemecatan sering dianggap sebagai akhir dari perjalanan seseorang dalam suatu posisi, namun secara spiritual, hal tersebut juga dapat dimaknai sebagai pembebasan. Jacob Ereste menyampaikan pandangannya bahwa pemecatan tidak hanya membebaskan individu dari tanggung jawab yang telah berakhir relevansinya, tetapi juga memberikan ruang kebebasan bagi pihak lain untuk berkembang.
Menurut Jacob, pemecatan memiliki analogi dengan binatang buas yang telah dijinakkan. Setelah tidak lagi menakutkan atau membahayakan, binatang tersebut dapat dilepas ke habitatnya tanpa ancaman bagi makhluk lain. “Esensi pemecatan adalah pembebasan. Itu mencerminkan siklus alam yang harus dipahami manusia dengan bijaksana,” ujarnya.
Jacob juga mengaitkan pemecatan dengan nilai spiritual yang terkandung dalam kehidupan dan bencana. Mengutip sastrawan WS Rendra, ia menyebutkan bahwa kehidupan dan bencana adalah dua sisi yang sama. “Bencana merupakan sunnatullah, sering kali muncul akibat keserakahan manusia. Begitu pula dengan pemecatan, yang dapat dimaknai sebagai peringatan atau penyesuaian dalam hidup,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa manusia Nusantara memiliki tradisi memahami nilai-nilai religius dalam setiap peristiwa. Pemahaman ini sering dikaitkan dengan konsep manunggaling kawulo gusti, yaitu keyakinan bahwa Tuhan hadir dalam setiap aspek kehidupan manusia. “Ketika kita memaknai pemecatan sebagai pembebasan, kita belajar menerima kehendak Tuhan dan menata ulang kehidupan,” tegasnya.
Jacob juga menyoroti pentingnya sikap bijak dalam menghadapi pemecatan, baik dari sisi yang memecat maupun yang dipecat. Ia menekankan bahwa pemecatan seharusnya tidak hanya membawa kebebasan bagi individu yang dipecat, tetapi juga memberikan keadilan dan kenyamanan bagi pihak-pihak yang terdampak. “Ini adalah bentuk saling membebaskan dari ketergantungan, sehingga setiap individu dapat melangkah maju dengan kebebasan yang baru,” tambahnya.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang nilai spiritual pemecatan, Jacob berharap masyarakat dapat melihat peristiwa ini dari sudut pandang yang lebih luas. “Pemecatan bukan sekadar akhir, tetapi juga awal baru, baik bagi individu maupun lingkungan di sekitarnya,” pungkasnya.
(Red).