KULON PROGO — Pesantren Nurul Haromain Kulon Progo Jawa Tengah pada Rabu (8/5/2024) masih dipenuhi para pentakziyah walau sudah jam 23.00. Para santri dan alumni menerima para pentakziyah sementara di area makam (alm) KH Shirojan Muniro Abdurrahman masih diadakan semaan Al Qur’an. Terasa malam itu hidup dengan bacaan Al Qur’an dan tahlil. Setiap rombongan pentakziyah membaca yassin dan tahlil.
Udara di Pesantren Nurul Haromain Taruban Sentolo Kulon Progo masih terasa hangat walau sudah larut malam. Hari sudah tengah malam tampak di rumah kasepuhan bermusyawarah yaitu antaranya Gus Ja’i, putra mantu (alm) Kyai Shirojan yang mendapatkan amanah untuk melanjutkan perjuangannya, KH. Imam Mawardi Ridlwan, KH. Abdullah Salam, Kang Zainal dan lima alumni angkatan pertama hingga jam 01.00.
Selepas musyawarah, KH. Imam Mawardi Ridlwan masih berkenan menemui Media Ganeshaabadi.com. Ketika ditanya materi dan hasil musyawarah tadi itu apa? Abah Imam hanya menjawab, “Kita berkumpul hanya berkisah bersama para santri awal terkait perjuangan awal alm Mbah Yai Shirojan. Jadi ndak membahas apa-apa, kami hanya saling berbagi kisah saja.”
Menurut Abah Imam, almarhum sudah punya rencana tertulis dalam pengembangan Pondok Pesantren Nurul Haromain Taruban, Sentolo, Kulon Progo Jawa Tengah.
“Terkait pengembangan pesantren, Alhamdulillah almarhum sudah membuat tulisan dan sudah dimusnahkan dengan saya. Almarhum menekankan pesantren sebagai pusat pengembangan masyarakat sekitar. Pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar pesantren oleh pesantren. Pendidik agama dan akademik (maksudnya sekolah formal) harus jadi satu sehingga pesantren mendidik semua usia. Pesantren sebagai pusat kesehatan masyarakat. Semua yang diinginkan almarhum sudah ditulis. Para penerus tinggal mengoptimalkan yang telah ada dan mewujudkan ide, gagasan almarhum,” jelas Abah Imam.
Di tempat yang sama, Ketua Alumni Santri PP Nurul Haromain Kulon Progo, KH Abdullah Salam menjelaskan bawah almarhum telah mensosialisasikan ide dan gagasan pengembangan PP. Nurul Haromain Kulon Progo.
“Para pengurus pesantren dan alumni sudah diajak musyawarah berkali-kali untuk membuat desain pengembangan pesantren sebelum Abah Yai sakit. Secara rinci sudah disampaikan alm dan telah tertulis. Beliau mengamanahkan semua ide gagasan harus diriyadlohi sebelum disampaikan ke masyarakat. Para santri dan alumni harus puasa, wirid dan sholat hajat,” jelas Abah Dollah, panggilan akrab KH. Abdullah Salam.
Saat Media Ganeshaabadi.com akan berpamitan, Abah Imam menuturkan bahwa alm Kyai Shirojan Muniro Abdurrahman bercita-cita pesantren bersatu membuat usaha yang menghasilkan produksi.
“Pesantren sebaiknya punya produksi. Pesantren harus mandiri. Kebutuhan Indonesia harus dipenuhi oleh pesantren. Inilah yang disampaikan almarhum Kyai Shirojan berkali-kali saat membuat desain pengembangan pesantren Nurul Haromain Kulon Progo,” tutup Abah Imam.
(Red)