TERNYATA – masih banyak orang di dunia ini yang tak paham hukum kausalitas. Bahwa akibat itu muncul karena ada sebab.
Sehingga kadang sering kita lihat orang yang fasih mengeluhkan global warming, sembari bakar-bakar sampah. Padahal kelakuannya itu yang jadi penyebab gas rumah kaca.
Di sisi lain ada yang mengutuk banjir, sementara tangannya membuang sampah ke drainase. Tak cukup plastik, sofa pun dilempar ke sana.
Di luar negeri bahkan ada yang mengecam oligarki, sambil diam-diam melelang dirinya pada sekelompok orang. Imbalannya, tentu saja memberi kelompok kecil tadi kontrol yang signifikan atas sumber daya ekonomi.
Ada juga yang mengutuk korupsi, sementara dirinya nyaman dengan perilaku koruptif. Misal, tidak jujur, tidak disiplin, atau perbuatan-perbuatan buruk yang bertentangan dengan peraturan dalam kehidupan keseharian.
Orang semacam ini, niatnya mungkin untuk membangun citra diri agar tampak wah, intelektual, dan bersih. Padahal hakikatnya mereka sedang mencoret kredibilitasnya sendiri.
Agar tak diketawain kucing, ada baiknya pikir dulu sebelum bertindak. Lebih dalam lagi, pahami akibat dari setiap tindakan itu. Sehingga ada kesatuan antara kata dan perbuatan.
Kata falsafah Jawa “Ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono”. Bisa diartikan bahwa kemampuan menempatkan diri sesuai dengan busananya (situasinya) dan harga diri seseorang tergantung ucapannya.
Bagaimana menurut Anda?
(Nursalim Turatea).