Ganeshaabadi.com
Satu Syawal dirayakan sebagai iedul fitri. Momentum sangat istimewa didapatkan kaum muslimin. Menurut Sekretaris Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Jawa Timur bahwa hari raya iedul fitri sebagai kelanjutan proses
membersihkan diri karena saat Romadlon kita sudah mampu menghapus penyakit kebencian, kesombongan, pertikaian atau permusuhan. Jiwa kita sudah terbina dalam kesabaran, ketawadlu’an dan kesederhanaan.
“Hari raya kemenangan sangat penting dijadikan momentum mengoptimalkan perbaikan jiwa dan tatanan sosial. Secara pribadi melanjutkan program penguatan hubungan kita dengan Alloh Ta’ala. Secara tatanan sosial kita menajamkan kasih sayang, cinta sesama anak bangsa. Iedul fitri mengajarkan agar kita
saling memaafkan sehingga terwujud jalinan ukhuwah Islamiyah. Makna saling memaafkan itu adalah saling menerima dan berlapang dada dan tidak ada lagi dendam. Kita mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah riwayat hadits Imam Bukhori yang artinya kurang lebih
“Tidak halal seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari, jika
bertemu saling menjauhkan, dan yang paling baik di antara keduanya adalah
yang memulai salam.”
Mendapatkan satu Syawal adalah mendapatkan cara hidup yang saling memaafkan. Saling pererat tali kekerabatan dan persaudaraan. Dengan cara menjauhkan diri bermusuhan, bercerai berai dan ananiyah (baca egoisme) serta kecongkaan,” papar Kyai Imam.
Bagaimana langkah praktis dan terbaik seusai Romadlon pergi jauh meninggalkan kita? Sekretaris IPHI Jawa Timur memberikan tips yang sederhana dan mudah dipraktekkan.
Pertama yaitu pada 2 Syawal 1444 H dilanjutkan puasa sunnah Syawal. Memang berat puasa sunnah Syawal karena di negeri memiliki tradisi shilaturrahim ke kerabat, tetangga, para sahabat dan teman kerja, teman profesi atau teman sekomunitas. Namun sebagai upaya penting untuk meningkatkan amal ibadah seusai Romadlon, maka puasa sunnah Syawal sebaiknya langsung dimulai sejak tanggal 2 Syawal. Manfaat puasa sunnah Syawal untuk menyempurnakan puasa wajib. Seusai puasa sunnah Syawal dilanjut membiasakan diri puasa Senin Kamis atau puasa Daud.
Kedua, menjaga dan menjalankan sholat-sholat sunnah seperti tetap sholat tahajud dan ditambah sholat dluha.
Ketiga, tetap selalu menjaga lisan dari berbagai ucapan buruk agar tidak merusak diri dan amal ibadah. Selalu berucap baik merupakan cara menyelamatkan diri dari tergelincir ke jurang kesesatan.
Keempat, selalu melanjutkan berderma, berinfaq, bershodaqoh dan berta’awun sesama anak bangsa.
Kelima, berupaya melanjutkan program bertapa yaitu melepaskan dunia dalam waktu tertentu dengan cara berdiam di masjid. Itulah yang dimaksud beri’tikaf. Yang dilaksanakan saat i’tikaf menjalankan berbagai sholat sunnah, tadarus Al Qur’an, kajian ilmu, wirid dan haq pribadi seperti istirahat tidur, bersih diri dan hajat lainnya.
Pengurus Wilayah Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia menyampaikan selamat hari raya Iedul Fitri 1444 H. Taqobalulloh Minna Wa Minum, semoga amal ibadah kita dan Anda diterima Alloh Ta’ala. Mohon maaf lahir batin segala khilaf.
(Red)