Batam, ganeshaabadi.com | “Pengamat Sebut Masyarakat Makin Cerdas dan Tak Mudah Terpengaruh Hoaks Saat Pilpres 2024,” demikian bunyi judul sebuah berita. Namun, apa iya secerdas itu?
Yuk buktikan dengan cara sederhana. Coba lihat media sosial saat ini, seberapa banyak yang mampu menemukan kalimat inti dari sebuah paragraf dalam mengomentari sebuah berita?
Kenapa “kalimat inti”? Sebab, ini penting dalam mengukur kemampuan atau kecerdasan seseorang dalam berkomunikasi, menyerap informasi, hingga kemampuan dalam mendemonstrasikan pemahaman melalui bahasa.
Maka jika diberi hoax atau penafsiran dan data yang salah, maka otomatis mampu memverifikasi dan menemukan titik kekeliruannya, sehingga dapat mengambil penafsiran yang benar.
Kesimpulannya, semakin banyak (minimal di atas 50 persen saja) netizen yang mampu menemukan kalimat inti dari sebuah paragraf, maka semakin cerdaslah mereka dalam bermedia (literasi).
Sebaliknya, jika semakin rendah atau hanya 15 persen saja yang mampu menemukan kalimat inti dari sebuah paragraf, maka semakin besarlah kemungkinan terpapar hoax.
10 tahun lalu Elizabeth Pisani, menerbitkan tulisan berjudul “Indonesian Kids Don’t Know How Stupid They Are”, yang muncul sebagai interpretasi terhadap hasil test PISA 2012 siswa Indonesia berusia 15 tahun. Hasilnya memang sangat menampar.
Semoga dengan berlalunya waktu, mengubah tingkat atau kadar intelektual masyarakat -khususnya anak muda- jadi lebih baik. Sehingga lebih analitis, dan mampu membaca statistik. Minimal pikir dulu sebelum berkomentar.
Bagaimana menurut Anda?
(Nursalim Turatea).