Ganeshaabadi.com – Momentum iedul fitri memang sangat istimewa bagi masyarakat Indonesia. Mereka mewujudkan hari kemenangan dengan berbagi kebahagian, dan membangun persaudaraan. Sekretaris Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia Jawa Timur, KH. Imam Mawardi Ridlwan menegaskan makna terpenting para muttaqin, hasil Ramadhan adalah persaudaraan.
“Iedul Fitri sebagai momentum merayakkan kemenangan diisi dengan berbagai kegiatan persaudaraan dan berbagi. Yang pertama kaum muslimin telah mempraktekkan berbagi makan, bahan makanan dan dana. Berbagi itu ibadah yang memberi dampak persatuan dan persatuan bangsa. Yang kedua adalah tradisi sungkem orang tua, Mbah atau buyut. Sungkeman sebagai ekspresi bakti pada kedua orang atau mbah atau buyut. Yang iedul fitri itu membangun hubungan sosial kamanusiaan. Yang keempat upaya meningkatkan kwalitas beribadah,” jelas Kyai Imam.
Lebih lanjut Kyai Imam menambahkan tradisi haul & reuni keluarga merupakan pondasi bangunan bermasyarakat dan bernegara. Tradisi tersebut menjadi perekat sosial kemasyarakatan sehingga tumbuh kepedulian yang dimulai dari ikatan keluarga.
“Tatanan keluarga memberi sumbangsih pada tatanan berbangsa dan bernegara. Keluarga yang harmonis, bahagia dan sejahtera menjadi tolak ukur negara makmur, damai dan kuat. Seperti yang dilaksanakan oleh Ikatan Bani Kyai Tasir Mayong pada Ahad (23/04/2023) semua dzuriyah Kyai Tasir Mayong haul dan reuni di dusun sangat terpencil yaitu Dusun Dengkeng Desa Bedingin Kec. Sugio Kab. Lamongan. Untuk menuju ke dusun tersebut harus melepati jalan sempit, hanya dapat untuk satu mobil saja. Namun 70% dzuriyah hadlir. Saat itu tidak kurang dari 500 dzuriyah berkumpul,” papar Sekretaris IPHI Jawa Timur.
Menurut Kyai Imam ada manfaat sosial, keluarga dan masyarakat serta negara jika setiap momentum Syawal dilaksanakan haul dan reuni.
“Sebagaimana yang saya ketahui haul dan reuni Keluarga Kyai Tasir Mayong memberi perhatian bagi keluarga yang perlu diberi perhatian agar dapat mondok dan atau sekolah sehingga tiada dzuriyah yang putus sekolah. Para dzuriyah juga aktif melakukan infaq untuk pembangunan pesantren dan masjid. Haul dan reuni keluarga berdampak pula pada kerja sama antar keluarga di bidang ekonomi serta kemaslahatan umat. Kegiatan tahunan yang produktif tersebut sebagai bukti nyata bakti para cicit, cucu dan anak berbakti para buyut, mbah dan orang tuanya. Bakti kepada orang tua, mbah dan buyut merupakan jalan mudah menuju surga Alloh Ta’ala,” papar Sekretaris IPHI Jawa Timur.
Menutup percakapan bersama awak media, Sekretaris IPHI Jawa Timur menambahkan bahwa setiap ikatan keluarga biasanya ada keretakan bahkan pisah kekerabatan karena berbagai faktor. Memperbaiki kekerabatan dari keretakan bukan perkara mudah namun sangat sulit, sangat dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan.
“Membangun ikatan kekerabatan agar tiada retak dan jika sudah retak jadi satu kembali dapat ditempuh ada sosok perekat yang gemar shilaturrahim nyambung kekerabatan, ini langkah pertama. Langkah kedua adalah keluarga besar gemar infaq dan shodaqoh kemudian dikumpulkan bersama. Hasil jariyah diberikan pada kerabat yang sedang retak atau pisah. Beri mereka hadiah. Langkah ketiga, haul dan reuni ditempatkan di kediaman keluarga yang retak atau pisah agar diberi kehormatan sebagai shohibul bait. Dan langkah yang keempat adalah saling mendo’akan. Beri do’a surat al fatihah dan do’a kelembutan setiap kerabat. Do’a akan berdampak mewujudkan keutuhan keluarga,” jelas Kyai Imam.
(Red)