Ganeshaabadi.com
Akhir Sya’ban 1444 H, kebetulan saya sedang di sekitar Masjid Harom Mekkah. Saat matahari akan tenggelam sibuk cari kendaraan taksi untuk ambil miqod di Tan’im. Ternyata sulit banget karena sejak jam 17.30 waktu Mekkah banyak orang menuju Masjid Harom untuk menyiapkan diri menyambut tarawih perdana. Sore menjelang magrib waktu Mekkah akhir Sya’ban sibuk bersiap awal Romadlon. Sedangkan kabar dari tanah air, kaum muslimin di negeriku sudah mulai sholat tarawih perdana. Sebuah kebetulan kesamaan awal Romadlon 1444 H di negeriku dengan Mekkah.
Saat itu pula do’aku mudah-mudahan 1 syawal 1444 H juga sama sebagaimana awal Romadlon. Hari ini Kamis 29 Romadlon 1444 H akan beratus atau beribu orang ahli mengintip rembulan di kaki langit. Para pengintip rembulan adalah para ahli falak atau ahli hisab untuk mengamalkan ilmunya berdasarkan hadits riwayat dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته، فإن غبي عليكم فأكملوا عدة شعبان ثلاثين يوما
“Berpuasalah kamu ketika telah melihat hilal Ramadhan dan berhentilah kamu berpuasa ketika telah melihat hilal bulan Syawal. Jika hilal tertutup bagimu maka genapkanlah bulan syakban menjadi 30 hari,” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka hari ini para ilmuan mengintip rembulan. Beribadah rukyatul hilal dibutuhkan keilmuan dan ketaqwaan dan kepribadian yang adil terpercaya. Mereka menjalankan prosesi sumpah sebelum bertugas.
Sementara hari ini sebagian kaum muslimin telah membersihkan lapangan dan menyiapkan perlengkapan untuk digunakan takbiran nanti malam. Mereka yang memakai metode hisab hilal dengan pendekatan wujudul hakiki maka nanti malam sudah lebaran.
Berlebaran mulai nanti malam atau besuk malam, masing-masing berburu berbagi bahagia. Memang lebaran itu berbagi bahagia. Pertama untuk mewujudkan lebaran dimulai dengan berzakat fitrah. Hari ini Kamis 29 Romadlon 1444 H hendaknya semua sudah membayar zakat fitrah. Inilah cara syariah untuk berbagi kebahagian. Saudara-saudara kita yang mampu sebaiknya tidak terbatas 3 kg bahan makanan yang dibagi tetapi bersedekah bahan makanan lainnya. Berbagi kebahagiaan lainnya.
Yang kedua nanti malam bagi yang menggunakan hisab mulai berbagi bahagia berkumpul bersama di tanah lapang untuk bertakbir, bertahmid, bertasbih dan bertahlil. Berkumpul berbahagia mengagungkan Alloh Ta’ala. Sedangkan yang menggunakan rukyat jika nanti belum berhasil rukyat maka besuk berbagi kebagian besuk malam. Nanti malam masih tetap menjalankan sholat tarawih akhir Romadlon 1444 H.
Ketiga bahwa sesungguhnya berlebaran adalah mewujudkan rasa syukur atas kemenangan berperangan lawan hawa nafsu sebulan penuh. Bersyukur dalam lebaran adalah berbagi.
Keempat lebaran merupakan selesai menjalankan tirakat puasa sebulan. Saat tiba lebaran maka dirayakan dengan kepribadian baru yaitu pribadi yang wangi, pribadi thaat pada Alloh Ta’ala, mereka adalah para muttaqin. Hasil tarbiyah lapar dan dahaga di siang hari selama Romadlon berbuah kepedulian. Peduli pada saudaranya yang belum berbahagia untuk dikondosikan malam lebaran harus berbahagia hingga hari-hari berikutnya.
Kelima, lebaran iedul fitri menumbuhkan pola hidup saling kasih dan memaafkan. Semua pintu rumah terbuka. Semua kaum muslimin tersenyum bahagia sambil menuturkan “Sugeng Riyadin, Kosong-kosong”. Mereka mengungkapkan isi hati saling memaafkan sehingga tidak dendam dan salah lagi terwujud pribadi kosong-kosong. Semua dalam wujud “nol-nol”.
Sesaat kemudian mereka duduk bersama. Mereka bercengkerama lepas sambil menikmati jajan lebaran. Inilah gambaran penduduk surga. Lebaran kita adalaah berbagi kebahagiaan.
(Ditulis oleh Imam Mawardi Ridlwan, Khodim Pesantren Al Azhaar Tulungagung)