Surabaya – Kehadiran fitur Meta AI di WhatsApp menuai beragam tanggapan. Salah satu insiden terjadi ketika anggota sebuah grup obrolan memanggil Meta AI dalam percakapan internal. Alih-alih memberikan manfaat, fitur ini justru memicu kebingungan karena konteks tanggapan yang tidak relevan.
Apa itu Meta AI?
Meta AI merupakan chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) yang didukung model bahasa besar LLaMA versi 3 milik Meta, induk WhatsApp. Fitur ini dirancang untuk memberikan pengalaman interaktif secara instan di dalam aplikasi. Meta AI tersedia secara gratis bagi pengguna yang telah memperbarui aplikasi WhatsApp mereka.
Menurut blog timelines.ai, fitur Meta AI masih dalam tahap pengembangan dan uji coba terbatas di beberapa negara, termasuk Indonesia. Meta memanfaatkan periode ini untuk mengumpulkan masukan demi menyempurnakan performa chatbot. Namun, hingga kini belum ada pengumuman resmi mengenai tanggal peluncuran global.
Pengguna yang memiliki akses ke fitur ini dapat memanfaatkannya untuk menjawab pertanyaan, memberikan rekomendasi, menciptakan gambar, hingga mengobrol. Teknologi AI di balik Meta AI menerjemahkan prompt pengguna menjadi tanggapan dalam bentuk teks atau visual.
Tanggapan Pakar Teknologi
Pengurus Departemen Teknologi Informasi dan Aplikasi Telematika DPP LDII, Febru Wasono, menjelaskan bahwa penggunaan AI kini semakin masif di berbagai platform, termasuk Meta AI. “Jika dibandingkan dengan produk AI lain, Meta AI mungkin masih tertinggal, tetapi perlahan-lahan semakin baik,” ujarnya saat dihubungi Minggu (22/12/2024).
Ia menambahkan bahwa Meta AI merespons pesan di grup yang secara khusus menyebutkan ‘@Meta AI.’ Respons tersebut akan terlihat oleh semua anggota grup, namun Meta mengklaim fitur ini tidak akan mengakses percakapan lain di dalam grup.
Meski memiliki kelebihan, Meta AI juga menghadirkan sejumlah kekurangan, seperti risiko penyalahgunaan informasi dan potensi menurunkan kreativitas akibat ketergantungan berlebihan pada AI. Selain itu, kekhawatiran mengenai privasi data juga menjadi sorotan.
Bijak Menggunakan Meta AI
Febru mengingatkan agar pengguna tetap bijak dalam menggunakan fitur ini. “Secara signifikan, AI belum terlalu bermanfaat,” katanya. Ia menyarankan pengguna untuk memeriksa kembali informasi sebelum membagikannya dan tidak sepenuhnya bergantung pada Meta AI.
Selain itu, penting untuk melindungi privasi dan keamanan dengan tidak memberikan data sensitif. Memberikan umpan balik kepada Meta juga dapat membantu meningkatkan kualitas fitur AI ini.
Menurut Febru, teknologi AI seperti Meta AI dapat dimanfaatkan secara positif, misalnya untuk mengecek atau mengoreksi informasi tentang organisasi seperti LDII. “Verifikasi itu didukung dengan fakta dan data yang valid, sehingga data yang dimiliki AI menjadi lebih berkualitas,” ungkapnya.
Bagi pengguna yang merasa terganggu, opsi seperti menghindari pemanggilan ‘@Meta AI’ atau menyembunyikan fitur tersebut melalui pengaturan WhatsApp dapat menjadi solusi sementara.
(Redho)