Lubuklinggau, Sumatera Selatan – Sejumlah keluarga pasien mengeluhkan tingginya tarif parkir di RS Siti Aisyah Lubuklinggau. Salah satu keluarga pasien rawat inap asal Kecamatan Tugumulyo mengungkapkan keberatannya terhadap biaya parkir yang dinilai memberatkan.
Saya parkir sekitar Rp20.000 dalam semalam untuk satu kendaraan, padahal belum melewati pukul 08.00 pagi. Jika karcis hilang, dikenakan denda Rp8.000. Selain itu, petugas parkir juga sering bersikap arogan saat meminta uang parkir, ujar keluarga pasien yang enggan disebutkan namanya, Jumat (14/2/2025).
Tak hanya itu, ia juga mengeluhkan pelayanan di ruang UGD yang dinilai lambat. Menurutnya, anaknya yang menderita demam berdarah (DBD) harus menunggu hingga tiga jam sebelum mendapatkan tindakan medis. Padahal, pasien sebelumnya telah mendapatkan rujukan dari RS Arbunda, tetapi karena tidak ada kamar kosong, akhirnya dipindahkan ke RS Siti Aisyah.
Semua orang yang datang ke rumah sakit pasti dalam kondisi tegang, apalagi jika harus memikirkan biaya pengobatan. Banyak yang bahkan harus meminjam uang untuk biaya hidup karena pengeluaran habis untuk berobat, tambahnya.
Keluarga pasien berharap agar Wali Kota Lubuklinggau yang terpilih dapat mengevaluasi sistem parkir dan pelayanan di rumah sakit milik pemerintah ini.
Diketahui, lahan parkir di RS Siti Aisyah dikelola oleh CV Tiga Putra Silampari. Namun, dalam karcis yang diberikan tidak tertera tarif parkir yang jelas. Berbeda dengan Sky Parking di Lippo, yang memiliki aturan transparan dengan tarif Rp3.000 untuk tiga jam pertama dan Rp2.000 per jam selanjutnya. Di RS Arbunda, biaya parkir kendaraan yang menginap hanya Rp10.000 per 24 jam, sedangkan di RS Siti Aisyah, tarif mencapai Rp20.000 untuk delapan jam, dengan tambahan biaya jika lebih dari waktu tersebut.
Saya pernah melihat seorang ibu menangis karena tidak bisa membawa motornya pulang akibat tarif parkir yang tinggi. Selain itu, pelayanan di UGD sangat lambat, terutama bagi pasien pengguna BPJS, ujarnya.
Keluarga pasien berharap Direktur RS Siti Aisyah dan Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau dapat meningkatkan pelayanan dan memastikan keselamatan pasien menjadi prioritas utama.
(Erwin Kaperwil Sumsel Lubuklinggau, Musi Rawas)