Tulungagung – Di tengah derasnya arus modernisasi dan gempuran gadget, game online, serta konten digital, masyarakat Dusun Ngelo, Desa Jengglungharjo, Kecamatan Tanggunggunung, Tulungagung, berikhtiar menghadirkan cahaya pendidikan Qur’ani. Sebuah madrasah sederhana bernama MI Tahfidz Al Azhaar Ngelo kini mulai berdiri, dengan harapan menjadi benteng kecil bagi generasi Jalur Lintas Selatan (JLS).
Meski bangunannya baru sebatas pondasi, tekad masyarakat untuk menghadirkan lembaga pendidikan Qur’ani tidak pernah surut. Program utama MI Tahfidz Al Azhaar Ngelo adalah membimbing anak-anak menghafal Al-Qur’an sejak usia dini. Kehadiran madrasah ini sekaligus menjadi jawaban atas keresahan orang tua terhadap perubahan gaya hidup generasi muda, khususnya ketika JLS Pantai Sine – Tulungagung segera tersambung ke Kabupaten Blitar enam bulan mendatang.
“Awalnya wilayah ini terisolir, bahkan pejabat pun enggan datang karena akses sulit dan jembatan putus. Namun tekad masyarakat tidak padam. Kami ingin anak-anak tumbuh bersama Al-Qur’an,” ungkap Imam Mawardi Ridlwan, tokoh yang mendampingi masyarakat sejak 2012.
Sejak itu, warga Dusun Ngelo berinisiatif mengirimkan generasi mudanya ke berbagai pesantren di Tulungagung dan Blitar. Kini, banyak dari mereka kembali sebagai guru TPQ dan kader pengajar. MI Tahfidz Al Azhaar Ngelo pun hadir sebagai wadah pengabdian kader, tempat ayat-ayat suci Al-Qur’an dibumikan, sekaligus simbol harapan agar anak-anak JLS tetap berbakti kepada orang tua dan terjaga akhlaknya.
Pembangunan madrasah ini semakin mendapat dukungan ketika seorang dermawan hadir mendermakan sebagian hartanya untuk penyelesaian gedung MI Tahfidz Al Azhaar, sekaligus menjadi donatur utama bisharoh guru-guru. “Ini adalah wujud nyata kepedulian umat. Bukan sekadar bangunan, tetapi benteng peradaban Qur’ani di jalur pantai selatan,” tambah Imam.
MI Tahfidz Al Azhaar Ngelo berdiri bukan karena modal materi besar, melainkan semangat berkhidmat para guru yang ikhlas mengabdi tanpa pamrih. Dengan cinta kepada Al-Qur’an, mereka membentengi generasi muda dari bahaya arus pergaulan bebas, konten negatif digital, dan lunturnya nilai-nilai religius.
Masyarakat Ngelo percaya, pelita kecil yang mereka nyalakan hari ini akan menjadi cahaya penuntun jalan keselamatan generasi di masa depan.
(Red)